Di
sebuah dataran tinggi pada tepian hutan, seorang kakek tampak berbicara dengan
tiga pemuda. Sesekali janggutnya yang lebat bergerak-gerak dipermainkan angin.
"Murid-muridku,
aku akan mengujimu dengan puncak bukit di belakangku," ucap sang kakek
sambil menoleh ke arah belakang. Tampak sebuah bukit hijau yang begitu tinggi.
"Siapa yang bisa meraih puncak bukit itu, kalian lulus!" tambah sang
kakek kemudian. "Tapi, ingat! Berhati-hatilah dengan bunga-bunga nan harum
di sepanjang jalan setapak, ia bisa melemahkanmu."
"Baik,
Guru!" jawab ketiga murid itu sambil bergegas menuju kaki bukit. Mereka
pun mulai melakukan pendakian.
Di
penghujung hari pertama, seorang murid tampak bergerak melambat. Ia begitu
asyik menikmati keindahan bunga-bunga di sekelilingnya. "Hmm, indahnya.
Andai aku bisa menghirup keharuman di balik keindahan bunga-bunga itu!"
ucap sang murid sambil mendekati sebuah bunga. Dan, ia pun berhenti. Ia tampak
berduduk santai sambil memegang beberapa kuntum bunga.
Di
penghujung hari kedua, murid kedua yang mulai melambat. Ia memang tidak
terpengaruh dengan keindahan bunga. Tapi, ia merasa begitu letih. Dan ia pun
terduduk sambil menyaksikan murid ketiga yang terus bergerak ke puncak bukit.
"Ah, andai aku bisa sekuat dia!" ucapnya sambil memijat-mijat kakinya
yang tampak kaku. Dari arah itu, ia bisa melihat pemandangan luas pada lereng
bukit.
"Kau
lulus, muridku," ucap sang guru saat ketiganya tiba di kaki bukit. Murid
ketiga tampak senyum. Sementara yang lain tetap terdiam. "Bagaimana kamu
bisa terus mendaki, saudaraku?" tanya murid kedua kepada yang ketiga.
"Sederhana.
Aku tidak pernah menoleh ke bawah. Pandanganku terus ke puncak bukit,"
jawab murid ketiga begitu mantap.
**
**
Para
pegiat kebaikan paham betul kalau jalan hidup bukan sekadar ujian dan cobaan.
Tapi juga perjuangan. Perjuangan agar bisa memberi dengan nilai yang paling
tinggi.
Namun,
di saat-saat lelah, segala kemungkinan bisa terjadi. Kalau cuma fisik yang
lelah, langkah masih bisa diayunkan, walaupun lambat. Tapi jika hati yang
letih, bunga-bunga yang lemah pun bisa memperdaya.
Itu
pun masih belum cukup. Karena di saat lelah, orang kerap menoleh ke bawah. Ia
pun dibuai fatamorgana prestasi, "Ah, ternyata aku sudah begitu tinggi
mendaki!" Padahal, puncak yang ia tuju masih sangat jauh.
0 komentar:
Posting Komentar