Seekor
anak elang begitu serius menatapi suasana kehidupan dari atas bukit.
Pandangannya yang tajam terus mengikuti hampir setiap gerakan yang muncul. Ular
yang merayap dari bebatuan satu ke bebatuan lain. Kelinci yang melompat dari
rerumputan satu ke rerumputan lain. Ikan-ikan yang melenggak-lenggok mengusik
kejernihan bayangan permukaan air. Dan lain-lain.
Satu
hal yang membingungkan si anak elang: semua gerakan itu tampak begitu lamban.
Bagaikan kombinasi beberapa titik yang bergerak lambat. “Kenapa mereka begitu
lambat?” ujarnya dalam seribu satu keingintahuan.
Ia
pun mengangguk-angguk ketika beberapa elang dewasa memangsa hewan-hewan di
bawah bukit itu dengan mudah. “Tentu saja kena. Mereka begitu lamban!”
gerutunya penuh yakin.
“Kamu
tidak turun memangsa, Nak?” teriak salah satu elang dewasa di dekatnya. “Aku
belum mahir terbang!” jawab si anak elang seperti tak peduli. Ia masih
disibukkan dengan berbagai keheranan: kenapa hewan-hewan di bawah sana begitu
lambat?
Di
suatu hari yang cerah, si anak elang akhirnya memaksakan diri belajar terbang.
Ia mulai melenturkan kedua sayapnya yang belum terpakai kecuali hanya untuk
berlari di sekitar sarang. “Ah, aku yakin bisa!” ucapnya sambil menatap ke
bawah. Bongkahan batu-batu besar, menjulangnya pohon-pohon pinus menambah
tantangan tersendiri buat si anak elang. Dan, ia pun mulai terbang.
Di
luar dugaan, tiupan angin besar tiba-tiba bertiup dari arah belakang. Karena
belum pengalaman, si anak elang pun terpelanting. Ia menabrak salah satu dahan
pinus. Tubuh elang muda itu pun terperosok di salah satu semak belukar. Salah
satu sayapnya terluka.
Baru
kali itu si anak elang menginjakkan kakinya di dataran rendah. Dan, baru kali
itu pula ia menyaksikan sendiri seperti apa gerakan hewan-hewan ‘bawah’ dari
arah dekat. “Ah, selama ini aku salah. Ternyata, hewan-hewan itu bergerak
begitu cepat. Cepat sekali!” ucapnya penuh kekaguman. **
Ada
kesenjangan lain dalam dunia kehidupan. Antara, dunia atas dengan dunia bawah.
Antara mereka yang terbiasa menatap gerak kehidupan dari tempat tinggi, dengan
yang melakoni gerak kehidupan dari dunia bawah. Dua-duanya punya kesimpulan
sama: gerakan mereka begitu lamban!
Persoalannya
mungkin sederhana. Keasyikan berada di tempat-tempat tertentu, atas atau bawah,
menjadikan pandangan begitu terbatas. Jarak jika terus dalam jauh, dan
keasyikan jika terus dalam dunianya sendiri; akan menyuburkan kesenjangan ini.
Semoga
kita tidak seperti yang dialami anak elang, yang baru memahami kesenjangan
ketika keadaan memaksanya turun dari tempat atas.
0 komentar:
Posting Komentar