Seorang
anak memperhatikan tingkah ibunya yang menurutnya aneh. Ia heran kenapa kalau
akan keluar rumah, ibunya selalu menutup rapat seluruh tubuhnya kecuali wajah
dan telapak tangan. Bahkan di dalam rumah pun, jika tamu datang, ibunya segera
melakukan hal yang sama: berhijab.
“Ibu
aneh!” ucapnya sambil mencari-cari reaksi dari sang ibu. Ibu anak itu pun
menoleh ke arah buah hatinya. Ia memeriksa dirinya untuk menemukan sesuatu yang
agak lain. Tapi, tidak ia temukan.
“Aneh?
Apanya yang aneh, sayang?” sambut sang ibu ketika yakin kalau tak ada satu pun
dari dirinya yang lain dari yang lain.
“Kenapa
ibu menutup rambut, tubuh, lengan, dan kaki kalau mau keluar? Padahal, ibu
tidak cacat. Rambut ibu bagus, lengan dan kaki ibu pun tidak ada yang perlu
disembunyikan!” ungkap sang anak begitu gamblang. Mungkin, inilah kesempatannya
untuk bisa mengeluarkan kebingungannya selama ini.
Sang
ibu pun senyum. Ia mendekati anaknya perlahan. Sambil mengulum senyum itu, sang
ibu mencari-cari jawaban yang pas buat si anak.
“Anakku,
ibu tidak sedang menutupi kecantikan, apalagi keburukan. Justru, ibu mengenakan
kecantikan baru untuk memperindah kecantikan fisik ibu yang tidak seberapa.
Inilah busana kecantikan dari Yang Maha Sayang!” ucap sang ibu sambil menatap
buah hati di depannya yang masih tampak bingung.
**
**
Inti
dari dinamika hidup anak-anak manusia adalah memproduksi sesuatu yang indah.
Bagus. Paling baik. Keindahan akan semakin indah ketika karya anak manusia
telah melalui berbagai halangan, ujian, cobaan; menggosok batu cincin keindahan
amal menuju peringkat keindahan yang lebih tinggi.
Namun,
itu saja belum cukup. Karena keindahan yang bisa dihasilkan manusia tidak
seperti kemolekan alam melalui birunya laut, keserasian cakrawala, dan liukan
indah sebuah pegunungan.
Keindahan
amal manusia tidak berhenti pada sesuatu yang tampak. Justru, keindahan akan
kian bernilai ketika ia tidak lagi mudah terlihat, tidak gampang terjamah.
Itulah busana kecantikan amal dari Yang Maha Sayang, dan hanya untuk Yang
Paling Penyayang.
0 komentar:
Posting Komentar